SMK YMA MEGAMENDUNG - SEJARAH PERISAI DIRI
SEJARAH SINGKAT PERISAI DIRI
Perisai
Diri adalah salah satu organisasi olahraga beladiri yang menjadi
anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), induk organisasi resmi
pencak silat di Indonesia di bawah KONI. Perisai Diri menjadi salah satu
dari sepuluh perguruan silat yang mendapat predikat Perguruan Historis karena mempunyai peran besar dalam sejarah terbentuk dan berkembangnya IPSI.
Perisai
Diri didirikan secara resmi pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa
Timur. Pendirinya adalah almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra
bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri secara
resmi, beliau melatih silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas
permintaan pamannya, Ki Hajar Dewantoro.
Sebagai perguruan pencak
silat, Perisai Diri memiliki empat aspek yang menjadi satu kesatuan,
yaitu olahraga, seni, beladiri dan mental spiritual :
Silat Perisai Diri sebagai Olahraga Pembinaan Jasmani
Pencak
silat merupakan olahraga yang menggerakkan anggota tubuh terlengkap
dibanding dengan olahraga lain. Khususnya silat Perisai Diri, teknik
silatnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia
tanpa ada unsur memperkosa
gerak. Pesilat berolahraga dengan senam teknik silat yang mengandung
unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah dengan
aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok.
Bagi anak-anak
dan remaja yang dalam masa pertumbuhan fisik, tentunya diperlukan
aktivitas olahraga untuk membantu perkembangan tubuh mereka. Sedangkan
bagi orang dewasa diperlukan aktivitas olahraga untuk menjaga kesehatan
dan kebugaran. Olahraga silat Perisai Diri akan sangat membantu
sirkulasi darah dan oksigen, baik untuk otak maupun untuk paru-paru.
Silat Perisai Diri sebagai Seni Budaya
Pencak
silat merupakan warisan luhur budaya bangsa Indonesia yang perlu
dilestarikan dan saat ini telah menembus dunia internasional. Terutama
bagi pemuda sebagai generasi penerus bangsa, perlu menjadi motor dalam
melestarikan budaya bangsa yang apabila tidak dipertahankan akan
terkikis oleh masuknya budaya asing yang belum tentu sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Kekhawatiran guru dan orang tua adalah
terjerumusnya pelajar dalam budaya negatif yang menjurus kepada
obat-obatan terlarang dan pergaulan bebas. Dengan ditanamkannya rasa
bangga terhadap budaya bangsa Indonesia dalam jiwa pemuda diharapkan
dapat menjadi benteng dan filter dari godaan budaya asing yang berdampak
negatif.
Kelatnas Indonesia Perisai Diri yang didirikan sejak
tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya ini merupakan perguruan silat yang tidak
hanya berkembang di berbagai daerah di Nusantara tetapi telah membawa
budaya bangsa Indonesia ke manca negara, diantaranya yaitu Amerika
Serikat, Inggris, Australia, Belanda, Jerman, Austria, Swiss, Singapura,
Timor Leste, bahkan di Jepang. Teknik silat Perisai Diri tetap
menggunakan bahasa aslinya walaupun diajarkan di negara lain. Para
pesilat Perisai Diri dari berbagai negara berkumpul dalam ajang
Kejuaraan Internasional yang rutin diselenggarakan tiap dua tahun
sekali. Selain sebagai event
olahraga, kejuaraan ini diharapkan juga dapat mendorong sektor
pariwisata dan kebudayaan di negeri kita. Selain itu untuk ujian
kenaikan tingkat level Asisten Pelatih ke atas bagi anggota Perisai Diri
negara lain harus datang ke Indonesia.
Silat Perisai Diri sebagai Ilmu Beladiri
Pencak
silat merupakan suatu pelatihan teknik beladiri. Generasi muda sebagai
ujung tombak bangsa di masa depan perlu dibekali keterampilan dan mental
sebagai pejuang pembela tanah air demi persatuan dan kesatuan bangsa
serta negara kesatuan Republik Indonesia. Selain itu teknik silat
Perisai Diri juga mudah diadaptasikan dengan berbagai keperluan,
diantaranya yaitu untuk beladiri militer dan petugas keamanan.
Dalam
Perisai Diri diajarkan teknik beladiri yang efektif dan efisien yang
bersifat cepat, tepat dan keras. Metode praktis dalam Perisai Diri
adalah latihan Serang Hindar, yang mana metode ini tidak terdapat dalam
perguruan beladiri lain. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang
dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan
bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan
cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar
dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang
Hindar inilah yang melahirkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”. Dengan
motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan
memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.Perisai Diri dengan
ciri teknik yang melompat-lompat dengan hindar serang berbeda dengan
pencak Jawa,Madura, Bugis ,Sunda, Bawean dan Bali atau silat
Minangkabau, silat Semenanjung dan silat Mindanao.
Selain
beladiri tangan kosong, di Perisai Diri juga diajarkan teknik senjata
dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan penguasaan ketiga
senjata wajib tersebut, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili
senjata sedang dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri
dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di
sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut dapat
dikembangkan untuk senjata tambahan, diantaranya yaitu golok, celurit,
trisula, tombak, abir, pedang samurai, ruyung, rotikalong, teken,
senapan, bayonet, pentungan, payung, kipas, dsb.
Silat Perisai Diri sebagai Olahraga Prestasi
Pada
umumnya sekolahan, perguruan tinggi, instansi pemerintah ataupun
perusahaan swasta mempunyai kegiatan olahraga, terutama yang dapat
berpartisipasi dalam event-event pertandingan atau diistilahkan dengan olahraga prestasi.
Bagi
anak-anak dan remaja pada umumnya mereka mulai mencari kegiatan yang
dapat merangsang perkembangan agresifitas mereka. Mereka juga akan
berusaha untuk meraih suatu prestasi dalam hal olahraga. Bagi mereka,
untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dari yang lain adalah
sesuatu yang bisa dibanggakan, sehingga dapat menambah rasa percaya diri
mereka dalam bersosialisasi di sekolah maupun di lingkungannya. Melalui
olahraga pencak silat diharapkan kita dapat mengasah keterampilan dan
mengukir prestasi melalui even-even pertandingan, baik berskala
regional, nasional maupun internasional. Selain untuk diri pribadi,
prestasi dapat mengangkat nama institusi dan daerah.
Perisai Diri
dapat menjadi jembatan yang menghantarkan pesilat yang berpotensi untuk
menjadi atlet. Perisai Diri mempunyai kejuaraan intern, yaitu Kejurcab,
Kejurda, Kejurwil, Kejurnas antar Daerah, Kejurnas antar Instansi,
Kejurnas antar Perguruan Tinggi, hingga Kejuaraan Internasional yang
diikuti oleh berbagai negara yang memiliki Komisariat Perisai Diri.
Perisai
Diri juga anggota dari induk organisasi pencak silat di Indonesia,
yaitu IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Bahkan Perisai Diri
merupakan salah satu anggota 10 Perguruan Historis, yaitu sepuluh
perguruan pencak silat yang berkontribusi besar terhadap berdirinya dan
berkembangnya IPSI pertama kalinya. Maka dari itu Perisai Diri juga
turut aktif menerjunkan atletnya dalam even kejuaraan yang diikuti oleh
berbagai perguruan pencak silat, dimulai dari Porda Tk.II (POR Kota
Batam), Porda Tk.I (Porprov Kepulauan Riau), Porwil, PON, SEA Games dan
Kejuaraan Dunia. Untuk kalangan pelajar ada even Popda dan Popnas, untuk
mahasiswa ada even Pomda dan Pomnas. Para atlet silat Perisai Diri dari
berbagai daerah telah banyak menyabet medali dari gelanggang tersebut.
Silat Perisai Diri sebagai Pembinaan Mental
Selain
pembinaan jasmani, pencak silat juga memperhatikan pembinaan mental
spiritual dengan harapan agar pesilat yang telah memiliki kemampuan
lebih dalam ilmu bertarung, terutama bagi pemuda sebagai generasi
andalan bangsa, mempunyai budi pekerti yang luhur.
Diharapkan
dengan menanamkan jiwa ksatria dan sportif akan berdampak positif
khususnya bagi remaja dan pelajar, diantaranya menghindarkan diri dari
tawuran antar pelajar serta kenakalan remaja lainnya termasuk terlibat
dalam obat-obatan terlarang dan pergaulan bebas. Melatih disiplin dan
etika hormat kepada orang tua dan guru juga tidak kalah pentingnya.
Pembinaan
mental spiritual dalam Perisai Diri disebut kerohanian. Keseimbangan
antara pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan pesilat Perisai
Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, bermental baja dan berbudi
luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut,
serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak.
Teknik Asli
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari
berbagai daerah di Indonesia yang dipilah dan dikelompokkan sesuai
dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Asli dalam silat
Perisai Diri juga digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi)
yang dengan kreativitas Pak Dirdjo gerakan maupun implementasinya sudah
dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan
ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan
dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri,
bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
Burung Meliwis
Burung Kuntul
Burung Garuda
Harimau
Naga
Satria
Pendeta
Putri
Selain teknik tersebut di atas, ada beberapa teknik yang menjadi
kekayaan teknik silat Perisai Diri, di antaranya yaitu Kuda Kuningan,
Lingsang, Satria Hutan dan Kera, serta beberapa teknik dari beberapa
daerah di Indonesia, di antaranya yaitu Minangkabau, Jawa Timuran,
Cimande, Bawean dan Betawen.
Teknik Burung Meliwis
Burung Meliwis / Belibis
memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan
ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk
melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan
ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan
sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh
karena itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah
seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya
dengan cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama,
sehingga mempersulit lawan untuk menolak.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan
tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik
ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak
dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.
Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul.
Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan,
kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian
lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu
tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan
dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan
sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola
serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada
umumnya, serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya
sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan
mencapai target.
Teknik Burung Garuda
Garuda
adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh
karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda
memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara
menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau
menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang
dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan
Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam
menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya
selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan
sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut
dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus
merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke
bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang
garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian
lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan
jarak pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki
untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.
Teknik ini diadaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan
dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding
Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk
meningkatkan kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun
tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda
agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari
lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan.
Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti
dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk
menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar,
telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini
akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya.
Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka,
telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga
dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai
Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir
di silat Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara
langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk
menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang.
Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya
karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan
perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang
telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka
mendapatkan pelajaran Pernafasan Tahap 1 yang berfokus untuk
meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat
lagi karena para Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernafasan
ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan
tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran
serangan apabila daerah tersebut terbuka.
Teknik Satria
Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai
mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria.
Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh
kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai
suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter
kehewanannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berpikir tepat
sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat
juga menerima pelajaran Pernafasan Tahap 2 yang difokuskan untuk
meledakkan tenaga. Karena kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut,
sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika
serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan
serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik
ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik
Harimau dan Naga.
Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu
memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun
terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan
kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan
persendian lawan. Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana.
Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang
dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan
istilah gizoboge. Perlengkapan yang digunakan saat menyerang
adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk
tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah
ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.
Teknik Putri
Teknik Putri
adalah teknik tertinggi di silat Perisai Diri. Karakter dari teknik ini
bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi
sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan
seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah
dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik
lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti
bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam
kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan
dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan.
Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak.
Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga
tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran
badan) selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan
Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap,
yang artinya sulit untuk dilihat lawan. Putri biasanya hanya bereaksi
terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan
terlebih dahulu.
Teknik Olah Pernapasan
Ketika pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai menerima pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi menjadi 3 tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan
belajar teknik pernafasan untuk menambah tenaga dan membuat
otot-ototnya menjadi keras. Hal ini untuk meningkatkan tenaga setiap
pesilat. Namun pada saat pembelajaran tahap ini, biasanya ada kemunduran
yang akan dialami dari sisi kecepatan. Kecepatan si pesilat akan
menurun dari kecepatan sebelumnya.
Ketika seorang pesilat telah menyelesaikan latihan Pernafasan Tahap
1, maka ia harus langsung melanjutkannya ke latihan Pernafasan Tahap 2.
Pada tahap 2 ini akan difokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang
telah mampu dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan
untuk dilepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan,
papasan dan bahkan hindaran. Dengan melalui proses tahap 2, maka
kecepatan seorang pesilat berangsur-angsur akan kembali seperti semula
dan bahkan dapat membuat kecepatan semakin meningkat.
Tahap terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah Pernafasan
Tahap 3. Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam
seluruh gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat
akan mampu bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika
menghasilkan tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara
implementasi dan penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh
karena itu, pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang
dituntun langsung oleh seorang Pendekar.
Kerokhanian
Pesilat yang memiliki keterampilan bertarung setelah mempelajari
teknik silat dan teknik olah pernafasan sangat perlu diberikan
pendidikan mental spiritual agar menjadi pesilat yang berbudi luhur,
yang dalam silat Perisai Diri dikenal dengan istilah pendidikan
kerokhanian. Pendidikan kerokhanian diberikan secara bertahap untuk
memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada
umumnya, sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan
berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah
lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan
antara pengetahuan silat dan kerokhanian akan menjadikan anggota
Kelatnas Indonesia Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong,
dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta.
itulah tentang sejarah dan teknik asli,mohon maaf jika terjadi kesalahan.
sumber : http://ksatriakika.blogspot.com/2010/08/perisai-diri-silat-nasional-yang-go_03.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar